Sudah
sebulan dari pernikahan Sarah. Masih terbayang di ingatanku masa-masa indah
bersamanya. Rasa sakit yang selama ini kurasakan semakin membuatku terpuruk.
Hatiku sudah hancur. Makan jadi tak bernapsu, semangatku kian meredup. Masa depan
ku bersamanya yang sudah terencana dan tersimpan rapih kini sudah musnah. Tidak
mudah memang untuk membangun kembali hati yang sudah hancur. Tak khayal Eko
yang melihat keadaanku khawatir dan tak henti-hentinya menghiburku. Pernah
suatu hari Eko memperkenalkan teman wanitanya kepadaku, katanya agar aku bisa
membuka lembaran baru dan cepat-cepat melupakan Sarah. Tapi nampaknya semua itu
percuma.
Hari demi hari
telah ku lalui, tak ingin ku cepat-cepat mencari pengganti Sarah. Meski dalam
fisik aku sudah sehat, namun hati ini masih merasakan sakit. Hingga suatu hari aku bertemu dengan
seseorang. Mungkin ini yang dinamakan takdir. Waktu itu aku sedang lari pagi di
taman dekat rumahku sambil menikmati udara segar di pagi hari. Sudah lama juga
aku tidak lari pagi, sehingga tidak sampai 2 putaran aku sudah lelah. Aku
memutuskan istirahat sejenak dengan duduk di bangku taman sambil menikmati
pemandangan taman tersebut. Teringat kembali memori masa-masa indah ku bersama
Sarah di taman itu.
Saat ku makin terlarut dalam lamunan,
terdengar suara yang mengembalikan kesadaranku. Suara wanita yang begitu halus
tengah menyapaku. Ku lihat seseorang yang menyapaku, alangkah indah wajahnya.
Wajah cantik yang berhasil mengusik dan membuat hati ini bergetar. Pantulan
sinar mentari pagi membantu membuat wajahnya makin cantik. Senyumannya yang
manis membuatku terpesona. Tak kusangka ternyata dia adalah Nissa, teman masa
kecilku yang kini aku pun tak penah melihatnya lagi semenjak lulus SD. Begitu banyak perubahan
yang terjadi padanya. Dia yang dulu terlihat cuek dalam penampilan, rambutnya
bondol, tomboy, berkulit hitam kini telah
berubah menjadi seorang wanita yang cantik, anggun, berkulit putih bersih,
rambutnya tergerai indah memanjang.
Cukup lama ku diam terpesona memandangnya
hingga sapaan berikutnya cukup membuat ku kaget. Aku pun gugup dibuatnya,
membuat dia kembali tersenyum kepadaku. Betapa indah senyumannya. Aku pun
membuka obrolan dengan menanyakan kabarnya, kabar orang tuanya, dan kemana saja
dia pergi selama ini 10 tahun ini. Cukup lama kami ngobrol. Aku pun baru tahu
setelah lulus SD dia harus pindah ke Bandung karena tuntutan kerja ayahnya. Sekarang
dia kembali lagi kesini karena ayahnya sudah dipindah tugaskan lagi ke kota
ini. Dia bilang akan menempati rumah dia yang dulu dimana letaknya bersebelahan
dengan rumahku. Bahagianya aku karna sahabatku sewaktu kecil telah kembali lagi
kesini. Suatu pertemuan yang sangat luar biasa yang pernah ku alami.